By Green KLOPERER | 15.36
Posted in: | 14 comments

Senjata Rahasia Lain Nazi "Coklat"


ternyata Cokelat ikut ambil bagian pada Perang Dunia II ,Milton Hershey adalah produsen cokelat kenamaan di Amerika Serikat, kala itu ikut menyuplai perbekalan pasukan amerika selama bertempur di front barat Eropa. Tiap prajurit dibekali cokelat Hershey batangan beserta segala kebaikannya. Cukup untuk menambah stamina dan juga membina persahabatan yang erat dengan anak-anak penduduk lokal.


ternyata Jerman pun tidak mau kalah, Mereka juga memanfaatkan cokelat selama berperang. Namun, tidak untuk diberikan pada prajurit mereka sendiri, melainkan untuk dikirimkan kepada pihak musuh, dalam kemasan yg menarik.

Mungkin anda akan mengira cokelat tersebut telah dicampur dengan racun arsenik, atau sianida, atau apapun lah itu, agar pihak musuh yg memakannya dapat tewas seketika Sayangnya tidak sesederhana itu. Rencana yg ada di otak Nazi bahkan jauh lebih freaking-maniacal dari itu. Sama seperti saat seseorang bermain Mortal Kombat rasanya kurang ‘gress’ jika hanya membunuh musuh. Harus ada fatality atau brutality baru kekalahan musuh bisa dirasa sempurna atau di point blank harus head shot atau chainstoper head shot barang kali yah hihihihihi, Begitulah kira-kira, Nazi melengkapi cokelat tersebut dengan granat yang tersembunyi di dalamnya.

Dalam hitungan 7 detik, cokelat tersebut dapat menjadi hadiah kematian yang ‘manis pahit’ bagi siapa pun yang memakannya dan siapa pun yang berada di sekelilingnya.
Nazi mengembangkan bom cokelat ini untuk menciptakan teror di kawasan musuh. Bom ini terbuat dari besi yg di dalamnya terdapat sepotong kanvas, dan dilapisi oleh cokelat yg terlihat hangat menggoda Ketika seseorang yg tidak tahu apa-apa memotong ujung cokelat ini, kanvas yang ada di dalamnya akan tertarik, dan 7 detik kemudian serpihan otak besar, otak kecil, jari tangan, mata, hidung, medulla oblongata, dll akan berserakan di sekitar TKP.

Agen sabotase jerman membuat cokelat ini untuk menyerang Inggris. Mereka berusaha menyelundupkannya melalui Irlandia. Sesampainya di Republik Irlandia, mereka bermaksud mengajak masyarakat Eire untuk bersama-sama menyerang Inggris. Namun, nampaknya mereka salah membaca situasi. Ketika mereka minta dipertemukan dengan anggota IRA (Irish Republican Army), bukannya disambut hangat, mereka malah digelandang ke kantor polisi dan dipenjara. Rencana Nazi untuk membanjiri Inggris dengan cokelat-cokelat fatal ini pun berakhir dengan kegagalan.

Cokelat dan bom-bom lainnya (ada dalam bentuk plum kalengan, kacang kalengan, kayu, potongan batu bara, sabun, baterai, kuas cukur, permen pelega tenggorokan) rencananya akan diselundupkan ke Istana Buckingham untuk mengganggu makan malam para bangsawan. Namun, rencana brutal tersebut kini hanya menjadi bahan tertawaan bagi anggota MI5.



Read more
By Green KLOPERER | 20.01
Posted in: | 17 comments

Awal Mula Petasan

Petasan (juga dikenal sebagai mercon) adalah peledak berupa bubuk yang dikemas dalam beberapa lapis kertas, biasanya bersumbu, digunakan untuk memeriahkan berbagai peristiwa, seperti perayaan tahun baru, perkawinan, dan sebagainya. Benda ini berdaya ledak rendah atau low explosive. Bubuk yang digunakan sebagai isi petasan merupakan bahan peledak kimia yang membuatnya dapat meledak pada kondisi tertentu.


Sejarah Petasan
Sebuah gambar sketsa dari Peristiwa Kembang Api Oleh Kerajaan Inggris di Thames, London, pada 1749.
Sejarah petasan bermula dari Cina. Sekitar abad ke-9, seorang juru masak secara tak sengaja mencampurtiga bahan bubuk hitam (black powder) yakni garam peter atau kalium nitrat, belerang (sulfur), dan arang dari kayu (charcoal) yang berasal dari dapurnya. Ternyata campuran ketiga bahan itu mudah terbakar.

Jika ketiga bahan tersebut dimasukan ke dalam sepotong bambu yang ada sumbunya yang lalu dibakar dan akan meletus dan mengeluarkan suara ledakan keras yang dipercaya mengusir roh jahat. Dalam perkembangannya, petasan jenis ini dipercaya dipakai juga dalam perayaan pernikahan, kemenangan perang, peristiwa gerhana bulan, dan upacara-upacara keagamaan.

Baru pada saat dinasti Song (960-1279 M) didirikan pabrik petasan yang kemudian menjadi dasar dari pembuatan kembang api karena lebih menitik-beratkan pada warna-warni dan bentuk pijar-pijar api di angkasa hingga akhirnya dibedakan. Tradisi petasan lalu menyebar ke seluruh pelosok dunia.


Kembang Api

Bahan baku tabung diganti dengan gulungan kertas yang kemudian dibungkus dengan kertas merah dibagian luarnya. Kemudian petasan ini menjadi dasar dari pembuatan kembang api, yang lebih menitikberatkan pada warna-warni dan bentuk pijar-pijar api di udara.

pada masa Renaissance, di Italia dan Jerman ada sekolah yang khusus mengajarkan masalah pembuatan kembang api. Di sekolah Italia menekankan pada kerumitan kembang api, sedangkan di sekolah Jerman menekankan pada kemajuan ilmu pengetahuan. Dan akhirnya muncul istilah pyrotechnics yang menggambarkan seni membuat kembang api. Untuk membuat kembang api dibutuhkan seorang ahli yang mengerti reaksi fisika dan kimia. Setelah bertahun-tahun, para ahli kembang api akhirnya bisa membuat kembang api berwarna-warni, seperti merah yang berasal dari strontium dan litium, warna kuning berasal dari natrium, warna hijau berasal dari barium dan warna biru dari tembaga. Campuran bahan kimia itu dibentuk ke dalam kubus kecil-kecil yang disebut star. Star inilah yang menentukan warna dan bentuk bila kembang api itu meledak nantinya.

Di Indonesia sendiri tradisi petasan itu dibawa sendiri oleh orang Tionghoa. Seorang pengamat sejarah Betawi, Alwi Shahab meyakini bahwa tradisi pernikahan orang Betawi yang menggunakan petasan untuk memeriahkan suasana dengan meniru orang Tionghoa yang bermukim di sekitar mereka.


Bahan Peledak Kimia
Bahan peledak kimia adalah suatu rakitan yang terdiri atas bahan-bahan berbentuk padat atau cair atau campuran keduanya yang apabila terkena aksi (misalnya benturan, panas, dan gesekan) dapat mengakibatkan reaksi berkecepatan tinggi disertai terbentuknya gas-gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan yang sangat tinggi. Bahan peledak kimia dibedakan menjadi dua macam, yaitu low explosive (daya ledak rendah) dan high explosive (daya ledak tinggi).

Bahan peledak low explosive adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang mempunyai kecepatan detonasi (velocity of detonation) antara 400 dan 800 meter per sekond Sementara bahan peledak high explosive mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000 dan 8.500 meter per sekond Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan (pendorong) yang banyak digunakan sebagai pada peluru dan roket.

Di antara bahan peledak low explosive yang dikenal adalah mesiu (black powder atau gun powder) dan smokeless powder. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, mesiu tersebut banyak digunakan sebagai pembuat petasan, termasuk petasan banting dan bom ikan. Bubuk mesiu adalah jenis bahan peledak tertua yang ditemukan oleh bangsa China pada abad ke-9. Selain sebagai bahan pembuat petasan dan kembang api, mesiu saat ini banyak digunakan sebagai propelan peluru dan roket, roket sinyal, petasan, sumbu ledak, dan sumbu ledak tunggu.

Komposisi Petasan
Beberapa komposisi pembuatan black powder yang dikenal, antara lain:
  1. campuran antara potasium nitrat (KNO3), charcoal, dan belerang;
  2. campuran antara sodium nitrat (NaNO3), charcoal, dan belerang;
  3. campuran antara potasium nitrat dan charcoal (tanpa belerang); dan
  4. pyrodex, merupakan campuran antara potasium nitrat, potasium perklorat (KClO4), charcoal, belerang, cyanoguanidin, sodium benzoat, dan dekstrin.

Petasan di Indonesia
Di Indonesia, petasan sudah menjadi sesuatu yang biasa dipakai untuk berlebaran dan saat bulan Ramadhan. Kebanyakan banyak anak sesudah sahur bukannya istirahat, malah bermain petasan dan kembang api. Mereka dengan seenaknya melemparkan petasan – petasan yang mereka bawa kepada temannya atau mobil yang sedang lewat,tanpa memikirkan akibatnya.


macam-macam petasan

Petasan dan sebangsanya memang barang gelap, artinya benda larangan. Sejak zaman Belanda sudah ada aturannya dalam Lembaran Negara (LN) tahun 1940 Nomor 41 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Bunga Api 1939, di mana di antara lain adanya ancaman pidana kurungan tiga bulan dan denda Rp 7.500 apabila melanggar ketentuan "membuat, menjual, menyimpan, mengangkut bunga api dan petasan yang tidak sesuai standar pembuatan".

Mungkin karena peraturan tersebut sudah kuno dan terlalu ”antik”, maka pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam peraturan, diantaranya UU Darurat 1951 yanag ancamannya bisa mencapai 18 tahun penjara.



Read more